Bahan Ajar Berbasis TIK -Pusat Sumber Belajar SMA-

Bahan Ajar Berbasis TIK -Pusat Sumber Belajar SMA-: Tujuan kegiatan workshop ini adalah untuk menyempurnakan bahan ajar berbasis TIK hasil workshop pengembangan …

Dilatarbelakangi pentingnya upaya meningkatkan mutu pembelajaran di SMA melalui pengembangan bahan ajar dan bahan ujian berbasis TIK, baru-baru ini Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional telah menyelenggakan kegiatan workshop Penyempurnaan Bahan Ajar berbasis TIK bertempat di Prima Resort Cipayung Bogor.

Tujuan kegiatan workshop ini adalah untuk menyempurnakan bahan ajar berbasis TIK hasil workshop pengembangan bahan ajar dan bahan ujian berbasis TIK tahun 2005 s.d. 2008 untuk di-upload ke situs Pusat Sumber Belajar SMA dan finalisasi Pedoman Pengelolaan Pusat Sumber Belajar SMA.

Kegiatan workshop berlangsung selama lima hari (15-19 September 2008) dan diikuti oleh 34 orang yang terdiri dari unsur: Direktorat Pembinaan SMA, Pustekom, Widyaswara P4TK, Pengawas SMA, Prakitisi TIK, dan para guru yang telah ditunjuk sebagai pe-review konten Pusat Sumber Belajar. Selama lima pelaksanaan workshop telah dihasikan Pedoman Pengelolaan Pusat Sumber Belajar SMA, dan sejumlah bahan ajar untuk tujuh mata pelajaran, yaitu: matematika, fisika, kimia, biologi, ekonomi, geografi , dan sosiologi, yang siap di-upload ke situs PSB-SMA

Dowload:

Konsep Pusat Sumber Belajar SMA   (edisi tahun 2010)

Penulis: AKHMAD SUDRAJAT

[Ayah dari dua orang puteri: Ditta Nisa Rofa dan Nourma Fitria Sabila]

2 tanggapan untuk “Bahan Ajar Berbasis TIK -Pusat Sumber Belajar SMA-”

  1. OK saya setuju semua pelajaran berbasis TIK, tapi sayang apakah seluruh warga negara yang mengikuti pembelajran dapt mengaksesnya, bagamna dengan saudara saudaraku di tempat yg sarana sngat minim , jangankan perangkat TIk, , buku, tempat belajar,maupun akses jalan untuk mengejar pendidikan masih banyak yg memprihatinkan. oleh karena itu evaluasinya/UN mohon ada sedikit pertimbangan Wassalam

  2. Kenapa ya kok hanya mata pelajaran yang di UN-kan saja. Bangsa ini kayaknya hanya ingin mencetak anak-anak yang selalu mengejar nilai kuantitatif saja, kurang memperhatikan nilai-nilai kualitatif, seperti perilaku, moral, dsb.
    Makanya tidak salah sekarang banyak orang dalam bekerja yang hanya mengajar nilai kuantitatif, seperti sopir angkot yang ngejar setoran (kuantitatif), tanpa memandang bahwa kalau saling nyrobot, berhenti di jalan, ngetem di perempatan akan mengganggu orang lain (kualitatif). Para pekerja kantorpun banyak melakukan korupsi (nilai kuantatif) tanpa berfikir bahwa tindakannya merugikan orang lain (kualitatif).

Komentar ditutup.