Partai Golput

Partai Golput: Saya pernah menyaksikan acara debat antara kelompok yang setuju dengan tidak setuju terhadap “Partai Golput”, yang ditayangkan oleh salah satu TV swasta. ….

Kampanye tertutup yang dilakukan partai peserta Pemilu 2009 sudah dimulai sejak beberapa hari lalu. Dan hampir setiap partai kontestan sudah melakukan berbagai aksi untuk menjual partainya kepada masyarakat. Mulai dari memasang bendera dan berbagai atribut partai lainnya, pasang “iklan” di media massa, temu kader, dan sebagainya. Bisa dipastikan, sampai dengan menjelang berakhirnya kegiatan kampanye, kegiatan-kegiatan semacam itu akan terus semakin marak dan seru. Bersamaan itu pula, masing-masing kontestan Pemilu akan mengobral janji-janjiya, baik yang dilakukan oleh para calon yang akan duduk di kursi legislatif maupun eksekutif.

Pada Pemilu 2009 yang akan datang, secara resmi KPU telah mengumumkan 34 Parpol yang berhak menjadi peserta pemilu dan akan memperebutkan jutaan suara rakyat. Tetapi dari jutaan rakyat pemilih tersebut tampaknya akan ada pula rakyat yang akan menentukan pilihan lain di luar partai resmi yaitu dengan memilih “Partai Golput”. “Partai Golput” memang telah menjadi fenomena tersendiri di negeri ini. Pengalaman dari Pemilihan Kepala Daerah di beberapa propinsi, suara pemilih “Partai Golput “ jumlahnya ternyata cukup signifikan, bahkan mampu mengalahkan suara yang diperoleh para kandidat yang diusung oleh partai resmi.

Pada Pemilu 2009 yang akan datang pun, pemilih “Partai Golput“ diperkirakan akan tetap ada, bahkan tidak menutup kemungkinan jumlah suaranya akan semakin membengkak. “Partai Golput” ini memang tidak melakukan konsolidasi kader, karena memang mereka tidak memiliki kepengurusan dan sistem pengorganisasian yang jelas. Mereka tidak berkampanye dan tidak menjanjikan apa pun kepada rakyat, karena memang tidak menyiapkan program yang bisa ditawarkan kepada rakyat. Begitu juga, partai ini tidak memiliki calon resmi yang akan duduk di legislatif maupun di eksekutif, Meski tidak memiliki persyaratan layaknya sebuah partai, tetapi “Partai Golput“ ini memiliki konstituen yang kaya dengan suara batin tentang pentingnnya kebenaran, kesejahteraan dan keadilan, dan kecintaan terhadap negeri ini. Mungkin jauh lebih baik, jika dibandingkan dengan suara batinnya para anggota DPR yang saat ini sedang diperiksa oleh KPK.

Saya pernah menyaksikan acara debat antara kelompok yang setuju dengan tidak setuju terhadap “Partai Golput”, yang ditayangkan oleh salah satu TV swasta. Dari kelompok pendukung Golput menghadirkan Prof. Dr. Sulistyo dan Dr. Arbi Sanit sebagai pembicara utamanya. Dari hasil pembicaraan dan argumentasi yang disampaikan oleh kedua pembicara tersebut tampaknya dapat disimpulkan bahwa menurut mereka sistem pemilu yang sekarang ini masih memungkinkan terjadinya partai-partai kontestan Pemilu untuk mengangkut para “politisi busuk“ ke dalam lembaga legislatif atau eksekutif, yang ujung-ujungnya justru akan semakin menjerembabkan negeri ini ke jurang kahancuran. Oleh karena itu, mereka telah menentukan pilihannya dengan memilih “Partai Golput”.

Kalau memang demikian adanya, maka untuk mengurangi tingkat pemilih “Partai Golput” pada Pemilu 2009, partai-partai yang sudah resmi sebagai kontestan Pemilu seyogyanya dapat berintrospeksi dan mengevaluasi lebih dalam lagi terhadap sistem pengorganisasiannya, terutama dalam proses rekruitmen para calon yang akan duduk di kursi legislatif maupun eksekutif. Setiap partai harus bisa memastikan bahwa para calon-calon yang akan dijagokannya adalah benar-benar calon-calon pemimpin yang telah memenuhi syarat-syarat kepemimpinan. Bukan hanya sekedar ganteng, cantik, kaya, populer, apalagi hanya mengandalkan “kepalan-tangannya yang besar”, tetapi dalam diri mereka harus tersedia kecerdasan yang lengkap, cerdas intelektual, cerdas emosional, cerdas sosial dan cerdas spiritual.

Melalui calon-calon yang kredibel dan kapabel inilah mungkin kegairahan rakyat untuk mendatangi tempat-tempat pemungutan suara akan semakin meningkat. Bagaimanapun harus diakui bahwa saat ini rakyat sudah jauh lebih cerdas dan rasional sehingga mereka bisa menentukan pilihan terbaiknya, sesuai dengan hati nurani mereka.

Penulis: AKHMAD SUDRAJAT

[Ayah dari dua orang puteri: Ditta Nisa Rofa dan Nourma Fitria Sabila]

6 tanggapan untuk “Partai Golput”

  1. assalamu alaikum wr. wb.

    Saudaraku tersayang…
    Permisi, saya mau numpang posting (^_^)

    semoga link di atas bisa menjadi salah satu rujukan…

    Terima kasih atas perhatian dan kerja samanya.
    Mohon maaf kalau ada perkataan yang kurang berkenan. (-_-)

    wassalamu alaikum wr. wb.

  2. golput haram !!!!1
    haramnya buat yang masih percaya sama MUI
    ada -ada saja tuh MUI Apa Ngak ada hal lain yang perlu di Fatwain………..!

  3. Golput…Makruh
    Memilih….Makruh

    Tinggal dinilai saja…apakah situasi ini darurat?

    trus buat parpol …ya perbaiki diri anda….barang bagus pasti dicari kok

    wassalam

  4. golput adalah juga hak warga negara untuk tidak memilih alias tidak menggunakan hak pilih.. dalam pemilu

  5. Assalamu`alaikum Wr.Wbr.

    Golput, sebenarnya dalam setiap pemilihan tak dapat dipungkiri. Bisa saja karena yang dipilih tidak ada yang pas, sesuai hati nurani atau bermacam alasan lain. Yang pasti, Golput itu ada. Sekarang bagai mana menyikapinya? Yang jelas, arus politik golput tidak dapat merubah kondisi politik yang ada, sebab tidak memiliki keterwakilan di lembaga.
    Saya lebih cenderung (khususnya kader Aljam`iyatul Washliyah, disingkat Al Washliyah), lebih mengedepankan akal dan kalbu. Saya yakin, warga Al Washliyah sudah pandai memilih untuk menentukan pilihannya. Yang jelas, Al Washliyah bersikap netral, tidak mendukung salah satu partai tertentu. Sekali lagi, Al Washliyah tetap netral dan kadernya boleh di mana-mana, asal sesuai dengan khittah perjuangan Al Washliyah.

    Syamsir munthe
    Jalan Gajahmada
    Jakarta Barat

Komentar ditutup.