Teori Nilai

Teori Nilai: Teori Nilai membahas dua masalah yaitu masalah Etika dan Estetika. Etika membahas tentang baik buruknya tingkah laku manusia sedangkan estetika ….

Oleh : Pudjo Sumedi AS., Drs.,M.Ed.* dan Mustakim, S.Pd.,MM*

Teori Nilai membahas dua masalah yaitu masalah Etika dan Estetika. Etika membahas tentang baik buruknya tingkah laku manusia sedangkan estetika membahas mengenai keindahan. Ringkasnya dalam pembahasan teori nilai ini bukanlah membahas tentang nilai kebenaran walaupun kebenaran itu adalah nilai juga. Pengertian nilai itu adalah harga dimana sesuatu mempunyai nilai karena dia mempunyai harga atau sesuatu itu mempunyai harga karena ia mempunyai nilai. Dan oleh karena itu nilai sesuatu yang sama belum tentu mempunyai harga yang sama pula karena penilaian seseorang terhadap sesuatu yang sama itu biasanya berlainan. Bahkan ada yang tidak memberikan nilai terhadap sesuatu itu karena ia tidak berharga baginya tetapi mungkin bagi orang lain malah mempunyai nilai yang sangat tinggi karena itu sangatlah berharga baginya.

Perbedaan antara nilai sesuatu itu disebabkan sifat nilai itu sendiri. Nilai bersifat ide atau abstrak (tidak nyata). Nilai bukanlah suatu fakta yang dapat ditangkap oleh indra. Tingkah laku perbuatan manusia atau sesuatu yang mempunyai nilai itulah yang dapat ditangkap oleh indra karena ia bukan fakta yang nyata. Jika kita kembali kepada ilmu pengetahuan, maka kita akan membahas masalah benar dan tidak benar. Kebenaran adalah persoalan logika dimana persoalan nilai adalah persoalan penghayatan, perasaan, dan kepuasan. Ringkasan persoalan nilai bukanlah membahas kebenaran dan kesalahan (benar dan salah) akan tetapi masalahnya ialah soal baik dan buruk, senang atau tidak senang. Masalah kebenaran memang tidak terlepas dari nilai, tetapi nilai adalah menurut nilai logika. Tugas teori nilai adalah menyelesaikan masalah etika dan estetika dimana pembahasan tentang nilai ini banyak teori yang dikemukakan oleh beberapa golongan dan mepunyai pandangan yang tidak sama terhadap nilai itu. Seperti nilai yang dikemukakan oleh agama, positivisme, pragmatisme, fvtalisme, hindunisme dan sebagainya.

1. Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ethos yang berarti adat kebiasaan tetapi ada yang memakai istilah lain yaitu moral dari bahasa latin yakni jamak dari kata nos yang berarti adat kebiasaan juga. Akan tetapi pengertian etika dan moral ini memiliki perbedaan satu sama lainnya. Etka ini bersifat teori sedangkan moral bersifat praktek. Etika mempersoalkan bagaimana semestinya manusia bertindak sedangkan moral mempersoalkan bagaimana semestinya tndakan manusia itu. Etika hanya mempertimbangkan tentang baik dan buruk suatu hal dan harus berlaku umum.

Secara singkat definisi etika dan moral adalah suatu teori mengenai tingkah laku manusia yaitu baik dan buruk yang masih dapat dijangkau oleh akal. Moral adalah suatu ide tentang tingkah laku manusia (baik dan buruk) menurut situasi yang tertentu. Jelaslah bahwa fungsi etika itu ialah mencari ukuran tentang penilaian tingkah laku perbuatan manusia (baik dan buruk  akan tetapi dalam prakteknya etika banyak sekali mendapatkan kesukaran-kesukaran. Hal ini disebabkan ukuran nilai baik dan buruk tingkah laku manusia itu tidaklah sama (relatif) yaitu tidal terlepas dari alam masing-masing. Namun demikian etika selalu mencapai tujuan akhir untuk menemukan ukuran etika yang dapat diterima secara umum atau dapat diterima oleh semua bangsa di dunia ini. Perbuatan tingkah laku manusia itu tidaklah sama dalam arti pengambilan suatu sanksi etika karena tidak semua tingkah laku manusia itu dapat dinilai oleh etika.

Tingkah laku manusia yang dapat dinilai oleh etika itu haruslah mempunyai syarat-syarat tertentu, yaitu :

  1. Perbuatan manusia itu dikerjakan dengan penuh pengertian. Oleh karena itu orang-orang yang mengerjakan sesuatu perbuatan jahat tetapi ia tidak mengetahui sebelumnya bahwa perbuatan itu jahat, maka perbuatan manusia semacam ini tidak mendapat sanksi dalam etika.
  2. Perbuatan yang dilakukan manusia itu dikerjakan dengan sengaja. Perbuatan manusia (kejahatan) yang dikerjakan dalam keadaan tidak sengaja maka perbuatan manusia semacam itu tidak akan dinilai atau dikenakan sanksi oleh etika.
  3. Perbuatan manusia dikerjakan dengan kebebasan atau dengan kehendak sendiri.Perbuatan manusia yang dilakukan denan paksaan (dalam keadaan terpaksa) maka perbuatan itu tidak akan dikenakan sanksi etika.

Demikianlah persyaratan perbuatan manusia yang dapat dikenakan sanksi (hukuman) dalam etika.

2. Estetika

Estetika dan etika sebenarnya hampir tidak berbeda. Etika membahas masalah tingkah laku perbuatan manusia (baik dan buruk). Sedangkan estetika membahas tentang indah atau tidaknya sesuatu. Tujuan estetika adalah untuk menemukan ukuran yang berlaku umum tentang apa yang indah dan tidak indah itu. Yang jelas dalam hal ini adalah karya seni manusia atau mengenai alam semesta ini.

Seperti dalam etika dimana kita sangat sukar untuk menemukan ukuran itu bahkan sampai sekarang belum dapat ditemukan ukuran perbuatan baik dan buruk yang dilakukan oleh manusia. Estetika juga menghadapi hal yang sama, sebab sampai sekarang belum dapat ditemukan ukuran yang dapat berlaku umum mengenai ukuran indah itu. Dalam hal ini ternyata banyak sekali teori yang membahas mengenai masalah ukuran indah itu. Zaman dahulu kala, orang berkata bahwa keindahan itu bersifat metafisika (abstrak). Sedangkan dalam teori modern, orang menyatakan bahwa keindahan itu adalah kenyataan yang sesungguhnya atau sejenis dengan hakikat yang sebenarnya bersifat tetap.

Pudjo Sumedi AS., Drs.,M.Ed.*
Wakil Rektor I UHAMKA Jakarta/Mahasiswa Program Doktoral (S3) Administrasi Pendidikan –UPI Bandung .
Mustakim, S.Pd.,MM**
Guru SMP Negeri 2 Parungpanjang Kabupaten Bogor/Mahasiswa Program Doktoral (S3) Administrasi Pendidikan –UPI Bandung .

Referensi :

Betrand Russel.2002. Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan kondisi sosio-politik dari zaman kuno hingga sekarang (alih Bahasa Sigit jatmiko, dkk ) . Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Ismaun.2007. Filsafat Administrasi Pendidikan (Serahan Perkuliahan). Bandung : UPI

———-.2007. Kapita Selekta Filsafat Administrasi Pendidikan (Serahan Perkuliahan). Bandung : UPI

Koento Wibisono.1997. Dasar-Dasar Filsafat. Jakarta : Universitas Terbuka

Moersaleh. 1987. Filsafat Administrasi. Jakarta : Univesitas Terbuka

Penulis: AKHMAD SUDRAJAT

[Ayah dari dua orang puteri: Ditta Nisa Rofa dan Nourma Fitria Sabila]

9 tanggapan untuk “Teori Nilai”

  1. terimakasih atas tulisannya serta informasinya sangat penting dan berarti dan tetap menulis yang berkualitas

  2. Alhamdulillah, akhirnya saya menemukan blog yang berani bicara secara teoritis. dan saya rasa ini sangat penting, saya harap bisa dipertahankan. Agar ilmu-ilmu terapan yang ada di dunia maya ini bisa lebih baik dan berlandaskan fakta-fakta teoritis.

    hanya kalau boleh sedikit sumbang pikiran tentang pola penulisan..
    yaitu;

    – Apa yang di ulas disini masih sangat kental dengan budaya belajar mengajar kita yang masih tekstual dan deskriptif.
    sekiranya bisa lebih disederhanakan, agar penetrasi ilmunya bisa lebih nyampe ke target pembaca.
    – tapi jangan sampai menghilangkan landasan-landasan teoritis yang menjadi ciri blog ini.

    Semoga berkenan
    Salam Hormat.

  3. Apa yang sejatinya dimaui oleh akal manusia hampir sama dengan apa yang dimaui oleh agama. Persoalan nilai sesuatu atau tingkah laku memang sangat relatif tergantung pada kejelian dan kecerdasan seseorang.Baik buruk suatu tindakan dapat diistilahkan dengan akhlak. Akhlak adlah tingkah laku baik atau buruk berdasarkan persangkaan atau keyakinan yang muncul dari ilmu yang dimilikinya. Oleh karena itu, akhlak mencakup atau bahkan merupakan paduan antara etika dan moral. Orang mungkin bertanya, bukankah akhlak itu berbicara baik-buruk suatu tindakan berdasar pandangan ajaran agama tertentu, misalnya ajaran Islam? Benar, tetapi ada satu hal yang perlu dicermati, yaitu bahwa perlu dibedakan antara wahyu (agama yakni al-Quran dan al-Sunnah) dan pemahaman terhadap wahyu (tafsir al-Quran dan syarah al-Hadis misalnya). Pemahaman tidaklah sama dengan wahyu. Wahyu mutlak tetapi pemahaman manusia selalu relatif. Ajaran agama adalah apa yang menjadi keyakinan yang mendasari tindakan. Ajaran agama bersifat rasional dan oleh karena itu selalu dinamis. Jadi jelas akhlak adalah paduan antara moral dan etika.

  4. cukup bagus urain di atas, hal ini mengingatkan kita akan keadaan para generasi muda kita yang jauh akan makna nilai di atas. sebagai seorang pendidik, sudah semestinyalah kita meninggalkan sebuah paradigma lama akan konsep pendidikan yang hanya disandarkan kepada transformasi ilmu semata. padahal nyata2 dalam islam sendiri dijelaskan, bahwa sebuah peradaban tidak akan terlepas oleh agama dan sebaliknya. jadi alangkah tepatnya, apabila kita tiadak hanya berpatokan kpd ketentuan yang ada, melainkan menanamkan sebuah nilai sejak dini dan sekaligus memanfaatkan potensi pada anak. ok! bagi penulis blog ni, smoga Allah senantiasa memberiakan rahmat dan kemudahan bagi anda, good luck,Allahuakbar….

  5. Dahsyat …! baru kali ini saya baca, guru smp + wakil rektor berdampingan bikin tulisan.
    Oom guru usul dong, ada ga yang mau bikin tulisan tentang pemamfaatan IT bagi administrasi pendidikan, abis temen saya tiap kali pengen bantuan musti kirim data ke dinas, Mending kalo setaun sekali, 1 semester ada 2 – 3 kalinya. APBN/APBD ke manain tuh? coba kalo operasional bikin data itu dikumpulin, berapa M tuh? Kasian ya, Dinas Pendidikan, ga bisa bikin e-link antar sekolah, lebih kasian lagi staff TU yang harus mondar-mandir Dinas untuk laporan data siswa. Kalo nggak gitu bantuan ga turun. Indonesia grow up, man!

  6. ulasan yang bagus…..saya banyak belajar….insya allah isteri dan saya sedang mempersiapkan buku berjudul Estetika dan Etika Bisnis untuk bahan kuliah…….

Komentar ditutup.