Paradigma Pendidikan Behavioristik vs Konstruktivistik

Wacana pergeseran paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik, beserta kemungkinan-kemungkinannya telah menjadi daya tarik tersendiri di kalangan praktisi …

Wacana pergeseran paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik, beserta kemungkinan-kemungkinannya telah menjadi daya tarik tersendiri di kalangan praktisi maupun para ahli pendidikan.

Menurut Dr. Degeng  bahwa selama ini manusia Indonesia telah terjangkit virus keseragaman yang sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini yang serba beragam dan ditandai dengan kesemrawutan.  Semua ini menghendaki adanya perubahan paradigma pendidikan. Konstruktivisme tampaknya menjadi sebuah alternatif  untuk diterapkan dalam pendidikan kita.

Menurut  Degeng, terdapat 8 kunci  keunggulan dalam era kesemerawutan ini, yaitu:

  1. Kejujuran
  2. Kegagalan awal kesuksesan
  3. Bicara dengan niat baik
  4. Pola pikir kekinian
  5. Komitmen
  6. Tanggung jawab
  7. Sikap luwes
  8. Hidup seimbang

Pendidikan seyogyanya  dapat menyediakan kedelapan keunggulan tersebut bagi peserta didik, yang antara lain bisa dimungkinkan melalui proses belajar dan pembelajaran  bercorak konstruktivistik

Selengkapnya kajian tentang Pergeseran Paradigma Pendidikan dari Behavioristik ke Konstruktivistik  dari Degeng dapat diunduh melalui tautan di bawah ini:

Pergeseran Paradigma Pendidikan dari Behavioristik ke Konstruktivistik

================

Penulis: AKHMAD SUDRAJAT

[Ayah dari dua orang puteri: Ditta Nisa Rofa dan Nourma Fitria Sabila]

8 tanggapan untuk “Paradigma Pendidikan Behavioristik vs Konstruktivistik”

  1. behavioristik dan kontruktivisme,mana yang lebih efisien apabila diterapkan pada KBM.terimakasih

  2. pendidikan yang subjektif telah menghasilkan manusia robot tanpa nilai da moral maka dengan usaha merubah arah pendidikan menjadi pendidikan yang lebih dewasa dan bijaksana ,,,mari kita dorong agar semua pihak dapat menetapkan hatinya bahwa tujuan pendidikan adalah seperti kita membangun kehidupan …..

  3. Saya mendukung Anda, mari kita tinggalkan sedikit demi sedikit paradigma pembelajaran yang behavioristik ke paradigma baru yang konstruktivistik. Ok.

  4. saya sepaham dengan anda, sudah saatnya paradigma pembelajaran di negeri ini beralih dari paradigma behavioristik ke paradigma konstruktivistik.

  5. terimakasih kami diijinkan untuk mendownload dan mengakses dari bogspot bapak,dan pingin banyak belajar dan mengkaji dari sini.

  6. Terimakasih atas diperbolehkan saya untuk mengakses dan mendonlod dari situs anda dan insya Allah saya akan meniru jejak anda terimakasih

  7. Pandanga behavioristik telah mengakar dan dianut oleh pendidikan di Indonesia, para guru keasyikkan dengan menggunakan pandangan ini, termasuk para pemimpin di departemen pendidikan, sehingga mutu kurikulum dan soal-soal Ujian tidak mempunyai arah dan tujuan yang jelas, serta masyarakat masih cenderung menganggap bahwa keberhasil anaknya adalah ketika nilai ulangannya bagus dan mampu menjawab pertanyaan dengan benar. Untuk itu dalam memperkenalkan atau melaksankan pandangan konstruktivesme harus disertai kemampuan seorang guru dalam melaksankan pembelajaran dan memberikan wacana pada para orang tua bahwa sebenarnya pandangan ini merupakan bentuk pembelajaran yang bertujuan membentuk pola berpikir yang lebih konstruktif, serta diperlukan kebijakkan pemimpin bangsa ini khususnya departeman pendidikan dalam mengambil kebijakkan tentang kurikulum dan UAN. UAN sebaiknya kalau berdasarkan pandangan ini saya kira bentuk soal diubah dari memilih menjadi esay, dengan jawaban benar lebih dari satu, ataupun kalau tidak dlam bentuk esay bisa pilihan ganda tetapi dengan metode problem solving atau open ended. wassalam

Komentar ditutup.